Acara yang digelar di halaman Taman Surya
kemarin ini sebagai salah satu upaya Pemkot Surabaya melestarikan kearifan
lokal. Dibanding acara pertama yang digelar di Taman Bungkul, acara kali ini
jauh lebih semarak. Ada sekitar 1.000 lebih warga Surabaya yang ikut ambil
bagian memeriahkan acara tahunan ini.
Mereka terdiri dari atas pelajar, komunitas sanggar tari dan seni, serta juga
partisipasi dari kecamatan. Halaman Taman Surya pun serasa disulap menjadi
panggung pesta rakyat dengan hamparan karpet merah. Ada puluhan ragam topeng
Maulud yang seperti dipajang di sebuah etalase dan ada gunungan hasil bumi,
seperti sayur- sayuran, buah-buahan, serta gunungan apem (jajanan) khas
Surabaya.
Selain itu, ada beragam penampilan dari siswa-siswi sekolah, komunitas sanggar
tari/ seni, dan dari pewakilan kecamatan yang terkemas dalam parade topeng
Maulid 2015, di antaranya Tari Topeng Shalawat dari SMPN 12 Surabaya dan drum
band SMAN 19 Surabaya.
Setelah pembacaan doa, acara dilanjutkan dengan ritual keberkahan yang diawali
dengan Tarian Topeng Gedeg oleh Sanggar Surabaya Menari dan pembagian topeng
Maulid oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Kemudian dilanjutkan dengan
rebutan gunungan apem dan gunungan hasil bumi.”Acara ini diadakan supaya
anak-anak tahu ada budaya seperti ini di Surabaya. Anakanak kecil jadi tahu ada
Topeng Maulid,” kata Tri Rismaharini disela-sela acara.
Pada penyelenggaraan tahun ini kemasannya berbeda dengan sebelumnya. Jika tahun
lalu hanya berupa topeng Maulud, sekarang ada gunungan buah dan apem seperti
pada acara ruwat desa. Topeng Maulid merupakan salah satu budaya kearifan lokal
yang ada di Surabaya selain ludruk, manten pagon, tari remo, undukan doro dan
gulat okol.
Pemkot Surabaya telah melakukan berbagai upaya merawat budaya lokal tersebut
agar tetap ada dan dikenal generasi muda. Menurut Kepala Bidang Objek dan
Promosi Dinas Pariwisata Kota Surabaya, Ida Widayati mengatakan, tradisi topeng
Maulid ini sudah berlangsung sejak lama dan menjadi tradisi warga Surabaya.
Namun sejak tahun 1970- an, tradisi itu perlahan memudar dan keberadaan topeng
Maulidan nyaris hilang. Karena itu, melalui gelaran ini pemkot memandang perlu
diadakan kegiatan Topeng Maulid. ”Dengan acara ini, kami ingin menghidupkan
kembali budaya Kota Surabaya. Acara ini juga menjadi media kegiatan wisata bagi
masyarakat kota maupun di luar kota Surabaya,” katanya.
Salah satu penggagas acara Festival Topeng Maulid 2015, Herry Lento mengatakan,
sejak dulu di Surabaya ada tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, di mana
anak-anak akan memakai topeng Maulid.
”Dulu, ibu-ibu yang pergi ke pasar membelikan anak-anaknya topeng Maulid. Di
kampung- kampung semuanya pakai topeng itu. Itu yang kemudian kami hidupkan
kembali tradisi ini,” ujarnya.