Tahu Campur Abah Suwaji

Tahu Campur Abah Suwaji 


Mojokerto- Sepiring Tahu Campur lezat menjadi pemadam lapar para wisatawan yang melintas di by pass Mojokerto usai mudik lebaran dan berkunjung ke sanak saudara nya , Minggu 8/6/19

Sebuah rest area yang sangat refresentatif di kiri jalan arah ke Surabaya yang dilengkapi dengan masjid megah di Jalan Raya Trowulan Mojokerto terlihat semakin indah nyaman dan menyenangkan saat kita masuk ke dalamnya

Musafir yang sengaja beristirahat melepaskan kelelahan ataupun mereka yang sengaja mampir untuk melaksanakan ibadah salat fardu sebelum melanjutkan perjalanan sudah mulai berdatangan karena panggilan adzan sudah diperdengarkan

Halamannya yang luas memungkinkan beberapa bus atau mobil pribadi bisa parkir di depannya tanpa harus bingung mencari tempat lain

Pun ditambah lagi fasilitas yang lain sebagai penambah daya tarik musafir yang datang ataupun singgah di masjid darussalam Trowulan  mojokerto yaitu menu kuliner yang ada dihalaman masjid 

Salah satu kuliner khas Jawa Timur yaitu tahu campur dan gado-gado milik Abah Suwaji yang sudah 34 Tahun Lamanya berjualan di depan masjid merupakan Salah satu alasan bagi musafir untuk singgah di sini

Tahu campur Abah suwaji memang tidak bisa dipungkiri kelezatan dan kenikmatannya Ditambah lagi dengan bumbu petisnya yang khas dengan sayuran hijau yang segar plus daging kikil yang empuk dan lezat menjadi ciri khas olahan tahu campur nya Abah Suwaji

Seperti yang dilakukan oleh H. Ahmad warga Surabaya yang sebulan sekali ke Mojokerto untuk menjenguk saudaranya selalu disempatkan untuk mampir dan menikmati lezatnya tahu campur Aba Suwaji

Warung gado-gado dan tahu campur Abah suaji dibuka mulai pukul 09.00 wib sampai pukul 21.00 wib begitu kata Abah suaji yang juga merangkap sebagai Marbot di Masjid Darussalam Trowulan Mojokerto

"Matur nuwun , Terima kasih sudah mampir di warung kami kami tunggu kedatangan berikutnya salam kami buat keluarga di rumah ya hati-hati dijalan" begitu Abah suaji memberikan pelayanan kepada pelanggan nya dengan pelayanan yang terbaik

"Jangan lupa kalau mau lewati daerah sini mampir ya" lanjutnya (Bunda Tri)
Read More

Peng-anggo-an Di klambeni Mbok Ti


Peng-anggo-an Di klambeni Mbok Ti


Sepulang dari jual ikan di pasar pabean , Mbok Ti ke pasar krampung tuk beli baju lebaran nya adik-adik ku karena nanti sore ada peng-anggo-an sebuah tradisi fashion show baju lebaran jelang takbiran di masjid.

"Iki gawe Marto , Yani , Harun , Diah ambek Indah wes yooo, pas limo" tutur mbok ti padaku dan adik-adik yang menerima baju dengan suku cita penuh kegembiraan.

Sementara itu Waras dan Andik sudah ada dalam pengasuhan mbok markani dan kaji pu'ah sehingga urusan lebaran sudah ada yang memikirkan.

Sore hari nya seperti tahun sebelumnya bila takbir berkumandang , anak-anak diharuskan mandi bersih dengan keramas dan memakai baju baru lengkap dengan aksesoris dan wewangian nya sebagai pertanda kebahagiaan menyambut lebaran.

Anak semata wayang ku , Uci dan Dimas anaknya kakak pertama bersama anak pak lek nan yang masih seumuran diajak mbok ti foto bersama "gawe kenang kenangan"ujarnya.

Lebaran tahun 1997 menjadi saksi betapa bahagianya kami berlebaran dengan baju pemberian mbok ti (alm) yang sangat sayang pada kami cucu dan cicitnya 😍
Al Fatihah...

Read More

Hartatik (Part II)

Hartatik (Part II)


Nama itu sudah lama hilang dari permukaan , dan kini setelah empat puluh lima tahun nama Hartatik muncul dalam sebuah surat keterangan pengibaan rumah induk keluarga Djanali dan Surati (bapak tiri dan ibu kandung Sumarlik)

Sejatinya aku baru mengerti bahwa perubahan nama Tri Eko Sulistiowati dari Tri Susilowati atau Tri Sulistyowati berawal dari Hartatik adalah anak yang sama terlahir tanggal 20/8/1974 dari pasangan matkasan (alm) dan Sumarlik.

Dalam surat itu dijelaskan pengibaan diserahkan pada Hartatik bin matkasan sebagai pihak ketiga untuk menempati tanah selebar 2,50 m dan panjang 9 m di Sukolilo GG 1 a nomer 9 tertanggal 15 Juli 1977 , dan saat itu usiaku belum genap tiga tahun karena di surat tersebut tertanggal 14 Agustus 1977


Tanah selebar 9.25 m dan panjang 9 m ini dibagi tiga dengan rincian Husnan 3 m , Djanali 3.75 dan Hartatik 2.50 dengan panjang 9 m sama, yang di kemudian hari Husnan dan Djanali akhirnya didiami oleh keluarga Husnan .

Berjalannya waktu dan pada kenyataannya tanah yang atas nama hartatik tersebut ditempati oleh matkasan dan Sumarlik (orang tua hartatik) dengan panjang hanya 7 m dan tidak sesuai dengan bunyi pasal 3 butir b pada surat keterangan pengibaan tanah hingga saat ini .

Tak ada yang menyangka dan tak ada yang mengira bahwa akhirnya selembar identitas bisa membuka sejarah dan menemukan titik terang dari sebuah data berdasarkan fakta.

Dan ijazah TK Aisyiyah 19 Sukolilo tertanggal 20 Mei 1980 telah membuktikan bahwa nama Hartatik sudah berganti nama Tri Sulistyowati dan terkubur seiring berjalannya waktu bersama kakek , nenek dan bapak yang mencintaiku 

Read More

Hartatik (Part 1)

Hartatik (Part 1)


Menjadi putri ketiga dari sepuluh bersaudara dengan nama Hartatik merupakan anugerah terindah bagi pasangan matkasan (alm) dan Sumarlik kala itu , Selasa 20/8/1974

Gadis cilik yang lucu , gemuk dan menggemaskan itu tak berapa lama kemudian harus menjaga adik kecilnya karena setiap satu setengah tahun sekali emak melahirkan adik baru hingga berjumlah tujuh orang 

Kehidupan perekonomian yang tidak berpihak pada rakyat miskin menambah derita Hartatik kecil untuk bisa menggantikan posisi bapak atau emak bagi adik-adik nya.

Usia dua belas tahun saat pengumuman kelulusan sekolah dasar aku dapat nilai UN terbaik kala itu , saat bapak tidak pulang-pulang dari perantauan nya di Semarang setelah bertengkar hebat dengan emak .

Kegalauan melanda ketika pendaftaran sekolah menengah telah dibuka dan aku belum punya uang untuk mendaftar " Mak , aku g sekolah ya.. aku bantu emak aja mbellek iwak ", begitu kata ku ke emak . Namun beliau menjawab dengan tegas bahwa aku harus sekolah agar bisa merubah nasib keluarga. 

Maka terpaksa aku mengikuti kemauan Mak dengan sekolah di SMP terdekat dan masuknya siang supaya paginya bisa bantu emak di rumah maupun jualan krupuk dan teh botol di pantai ria 

Rutinitas sehari-hari yang tak pernah ku lupakan bagaimana aku harus hidup tegar di kehidupan yang sulit diantara perihnya perut dan keringnya air mata akan perjuangan anak wedok mbarep 

Setiap hari cucian menumpuk di sumur balai desa sudah menunggu sebelum mbellek iwak lalu berangkat ke pantai ria dengan membawa gerobak teh botol dan tampah kerupuk untuk dijual.

Menjelang tengah hari posisiku diganti Mak yang sudah menyelesaikan pekerjaan dirumah dan aku berangkat sekolah hingga sore hari , dan begitu seterusnya selama tiga tahun berjalan hingga aku lulus SMP dengan nilai terbaik 

Lagi-lagi ujian belum berakhir di awal masuk dan akhir ujian SMA bapak merantau lagi ke Semarang hingga berbulan-bulan tidak pulang semua beban hidup hanya Mak dan aku yang mikul ,sementara kakak laki-laki ku belajar di bangku pesantren Jogja dan Jombang.

Sampai kemudian itu adalah petualangan bapak yang terakhir pergi dari rumah setelah beliau mengalami kecelakaan saat pulang dari Semarang menuju ke Surabaya .

Pelan tapi pasti adik-adik semakin besar dengan liku kehidupan yang berbeda , setelah lahirnya adik ke tujuh , delapan , sembilan dan sepuluh di pesantren kan oleh bapak ke Jogja dan Lamongan.

Dan aku dipinang oleh jejaka dekat rumah yang berprofesi sebagai TNI - AL ,  seiring dengan tugas baru sebagai pendidik di TK dan berjualan bensin di rumah kehidupanku mulai berangsur-angsur membaik.
Read More

Orange - Biru Ala FTV

Orange - Biru Ala FTV 


Surabaya-Bunga matahari bermekaran indah diantara bunga - bunga lain yang ada di taman harmoni keputih Sukolilo Surabaya seakan mengajak bercanda dan ingin dipuji keelokannya.7/6/19

Dengan senyum ceria , orange tak pernah bersedih atau putus asa menjalani kodratnya sebagai gadis nelayan miskin berhasil ditemukan oleh biru dengan mengacuhkan kecantikan si kuning yang mempesona dimana-mana.

Pertemuan orange dan biru karena kekagumannya pada warna yang berbeda telah membuat keduanya bersatu untuk tegar berdiri dan saling melengkapi diantara batang-batang ramping bunga matahari, seperti itulah adanya kita berdua.

Kau tak perlu jadi sebagus bunga matahari di musim kemarau atau semerah merona bunga mawar untuk memikat hatiku cukup dengan akhlaq dan senyummu , kurasakan bahagia bersamamu.

Begitulah orange dan biru yang kita lalui sejak dua puluh enam silam seiring dengan pergantian siang dan malam serta cuaca , kau dan aku tetap bertahan dalam perbedaan yang disatukan oleh cinta 

Sesungguhnya berbeda itu indah bila kita bisa menerima segala kelebihan dan kekurangan masing-masing sebagai sebuah rahmad untuk disyukuri bukan nestapa yang harus diratapi karena sejelek dan sebagus apapun pasangan kita itulah syurga nya Istri 

Terimakasih biru yang telah menemukan orange diantara kilau kecantikan bunga matahari yang menebarkan pesona disetiap lekuknya 😍

#bahagiaitukitayangciptakan
Read More

Efek Njogo Suroboyo

Efek Njogo Suroboyo 



Libur lebaran identik dengan mudik ke desa , namun hal itu tidak berlaku bagiku dan suami yang asli arek Suroboyo. (Kata orang pek-nggo alias dapat tetangga sendiri).

Sebaliknya sanak saudara yang rumahnya di Situbondo , Bangil Pasuruan , Sidoarjo , Nganjuk , Mojokerto mudiknya ke Surabaya Walhasil tiap tahun rumahku yang rame didatangi mereka .

Maka disela waktu kugunakan tuk maksimalkan quality time dengan eksplore kota kebanggaan ku di hari libur H+3 lebaran di beberapa destinasi yang ada di kota metropolitan yang sangat kucinta 

Salah satunya di hutan mangrove Wonorejo Surabaya yang rindang , asri dan nyaman hingga betah berlama-lama didalamnya .

Jurus guide kugunakan tuk mengenalkan pada mereka beberapa kelebihan yang dimiliki Surabaya kotaku tercinta .
Read More

© Copyright BUNDA TRI.COM