DONGENG :LEGENDA DANAU TOBA
LEGENDA
DARI SUMATERA UTARA
OLEH
:
TRI
EKO SULISTIOWATI
KB TAAM AVICENNA
KECAMATAN
BULAK SURABAYA
KATA
PENGANTAR
Salam Persahabatan
Legenda Danau Toba. Kali ini pendongeng akan membahas
tentang sebuah wisata alam di Sumatera Utara yang terkenal sampai ke luar
negeri, yaitu Danau Toba.
Tidak membahas tentang keindahan alamnya namun kali ini kita akan membahas tentang
legenda atau dongeng asal usul Danau Toba tersebut.
Pendongeng sangat berterima
kasih kepada kepala UPTD BPS kecamatan Bulak Kota Surabaya Bpk Mukhtar dan Ibu
Januk Selaku Pengawas ,Rekan –rekan PKG bintang Bahari yang telah memberikan
support yang luar biasa pada kami.
Akhirnya kami berharap dongeng legenda yang sarat
makna ini dapat dijadikan pedoman
kehidupan sehari - hari sedikitnya ada dua nilai moral yang bisa dipetik yaitu
jangan memanjakan anak dan berpegang teguh pada amanah
Semoga…
|
Surabaya,12 mei 2013
Pendongeng
|
ASAL USUL DANAU TOBA
LEGENDA DARI SUMATERA UTARA
Diceritakan
pada jaman dahulu kala di sebuah desa kecil tinggal seorang petani bernama
Toba. Toba merupakan seorang petani yang sangat rajin meskipun lahan
pertaniannya tidak begitu luas dan kondisi tanahnya yang cukup kering.
Selain
bekerja sebagai petani, Toba juga mencari nafkah dengan menangkap ikan dengan
cara memancing ataupun menjaring. Hingga pada suatu hari petani sederhana ini
pergi untuk mencari ikan. Ditunggu sampai setengah hari, tidak ada satu ikan
pun yang dia dapat.
Karena
hari sudah mulai gelap, Toba memutuskan untuk pulang. Sesaat sebelum meninggalkan
tempat tersebut, kail pancing milik Toba bergoyang - goyang, segeralah
ditariknya kail tersebut dan ternyata seekor ikan besar yang berwarna kuning
keemasan sudah berada di ujung kail pancing miliknya, Toba pun membawanya
pulang ke rumah.
Sampai
di rumah, saat ikan tersebut masih dalam pegangan tangan Toba tiba-tiba ikan
besar tersebut berbicara kepada petani tersebut dan sontak membuat dia terkejut
bukan kepalang.
"Tunggu,
aku jangan dimakan! aku akan menemanimu bila kamu tidak memakanku"
ucap si ikan tersebut.
Karena
terkejut, ikan tersebut jatuh ke tanah dan seketika itu berubah wujud menjadi
seorang gadis yang cantik jelita.
"Sedang
mimpikah aku" gumam Toba.
"Jangan
takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu
karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata" ucap gadis tersebut.
"Namaku
Puteri dan aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu" kata gadis itu
seakan mendesak Toba
Toba
pun mengiyakan, maka sejak itu jadilah mereka berdua menjadi suami isteri.
Namun pernikahan tersebut mempunyai satu syarat yaitu mereka berdua, terutama
Toba tidak boleh membocorkan rahasia tentang asal usul Puteri yang seekor ikan.
Jika syarat tersebut dilanggar maka akan terjadi bencana yang dahsyat.
Pernikahan
kedua insan ini terdengar juga oleh penduduk desa lainnya, dan berita tersebut
membuat gempar desa tersebut karena kecantikan yang dimiliki oleh Puteri yang
laksana bidadari yang turun dari kahyangan. Toba dan Puteri hidup bahagia dan
mencari nafkah seperti biasa yaitu bertani dan mencari ikan.
Melihat
kehidupan mereka yang bahagia, banyak orang yang menyebarkan fitnah untuk
menjatuhkan keberhasilan usaha petani tersebut.
"Aku
tahu pasti petani itu memelihara makhlus halus" kata seseorang pada
temannya.
Berbagi
fitnah dan cibiran menemani perjalanan hidup sepasang suami istri ini, namun
semua itu tidak mereka hiraukan, hingga pada akhirnya istri toba melahirkan seorang
bayi laki-laki yang sehat dan diberi nama Putera. Kehidupan mereka pun makin
bahagia dengan hadirnya buah hati tersebut.
Seiring
berjalannya waktu, Putera tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat, namun yang
selalu membuat heran kedua orangtuanya adalah sang anak selalu merasa lapar.
Makanan yang harusnya bisa dimakan bertiga, dapat dimakannya seorang diri.
Lama
kelamaan, Putera menjadi anak yang agak nakal. Dia sering membuat jengkel
ayahnya. Bila disuruh membantu pekerjaan orang tua, Putera selalu menolak.
Namun sang istri selalu mengingatkan Toba agar selalu sabar dengan ulah anak
mereka.
"Baiklah,
aku akan lebih sabar menghadapinya, bagaimana pun juga dia adalah anak kita"
ucap Toba pada istrinya.
"Syukurlah
ayah berpikir demikian, memang ayah seorang suami dan ayah yang baik hati"
puji istri toba
Namun
kesabaran Toba ada batasnya. Suatu hari, Putera disuruh mengantarkan makanan ke
sawah untuk ayahnya, Putera tidak menurutinya dan hal itu membuat sang ayah
marah. Toba pun pulang dan mendapati anaknya sedang bermain bola. Seketika itu
Toba menjewer telinga Putera dan tanpa sadar berucap :
"Anak
tak tahu diuntung! tak tahu diri ! dasar anak ikan!" umpat Toba pada
anaknya tersebut
Putera
pun berlari sambil menangis menuju Puteri, ibunya. Diceritakannya semua
kejadian yang dilakukan oleh ayahnya pada sang ibu. Puteri pun sangat sedih
karena sang suami telah melanggar sumpah atau larangan tersebut.
Sang
ibu pun menyuruh Putera agar segera pergi menuju bukit yang berada tidak jauh
dari rumahnya dan disuruhnya untuk memanjat pohon tertinggi di puncak bukit
tersebut. Putera pun menuruti perintah sang ibu meskipun dia tidak tahu apa
tujuannya.
Puteri
sendiri berlari menuju sungai yang terletak di dekat rumahnya dan menceburkan
diri ke dalam sungai dan seketika itu berubah kembali menjadi seekor ikan
besar. Sesaat kemudian kilat menyambar-nyambar disertai dengan bunyi guntur
yang bergemuruh.
Seketika
itu juga terjadilah hujan yang sangat lebat dan air sungainya pun meluap
menyebabkan banjir besar yang mengakibatkan petani tersebut mati tenggelam. Dan
beberapa waktu kemudian menenggelamkan desa tempat dimana Toba tinggal dan lama
kelamaan genangan air tersebut semakin luas dan berubah menjadi danau yang amat
besar yang kemudian dinamakan Danau
Toba.
Sedangkan
bukit yang didaki oleh Putera tadi berubah menjadi pulau kecil yang berada di
tengah-tengah danau dan dinamakan Pulau
Samosir.
No comments:
Post a Comment