Tepat hari ini, Selasa,20 Agustus 2013, 39 tahun
yang lalu Allah SWT memperkenankan salah seorang hamba-Nya untuk menikmati
kehidupan di luar alam rahim untuk pertama kalinya. Ya, 20 Agustus merupakan
hari paling bersejarah dalam hidupku. Inilah saat pertama kali aku lahir ke
muka bumi. Inilah saat pertama kali aku menghirup udara di alam raya ini,
setelah sebelumnya ruang hidupku hanya berbatas dinding-dinding perut ibuku.
Sebuah nikmat tak terperikan yang telah
dianugerahkan Allah kepadaku. Aku terpilih menjadi salah satu duta-Nya untuk
mengemban misi kekhalifahan di muka bumi ini. Nikmat yang tidak cukup sekedar
disyukuri dengan kata-kata, tentunya. Nikmat yang harus terus dibuktikan
dengan tindakan nyata, berupa pengabdian serta penghambaan sepanjang hayat
masih di kandung badan.
Alangkah sombongnya manusia, ketika anugerah
berupa keberkenanan Allah untuk memberinya kesempatan hidup di dunia ini tidak
dianggap sebuah nikmat yang harus disyukuri. Betapa angkuhnya manusia, ketika
ia tidak menyadari bahwa kehadirannya di muka bumi ini adalah atas izin dan
kehendak-Nya. Padahal, sejumlah firman-Nya menyebutkan bahwa tidak ada sesuatu
pun yang terjadi di muka bumi ini, kecuali telah Allah tuliskan (tetapkan)
sebelumnya.
Maka, sebagai ciptaan (makhluk)-Nya yang telah
diberi kesempatan untuk menikmati indahnya dunia dengan segala fasilitas
yang diberikan oleh-Nya, sudah selayaknya aku mensyukuri semua ini dengan
membuktikan bakti dan pengabdianku pada-Nya.
Kini, bertambahnya usia, yang pada hakekatnya
berkurangnya jatah waktu hidupku di alam fana ini, ingin aku isi dengan hal-hal
positif sesuai dengan yang telah digariskan-Nya dalam Kitab suci Al-Quran, dan
juga melalui sabda-sabda Nabi-Nya, yakni Muhammad Saw.
Aku ingin menjadi orang yang lebih baik dari
sebelumnya. Aku ingin menjadi lebih bermanfaat, bagi diriku sendiri dan orang
lain. Aku ingin setiap kehadiranku, di mana pun aku berada mampu memberikan
nilai positif pada sekelilingku. Bertambah usia, bukan untuk dirayakan dengan
hal-hal kontraproduktif, yang justru melenakan dari makna hakiki serta esensi
pertambahan usia. Bertambah usia, tidak untuk dijadikan kesempatan merasa
‘lebih’ dari orang lain. Tetapi, pertambahan usia hendaknya dijadikan sarana
untuk merefleksi, introspeksi diri atas apa yang telah diperbuat selama ini.
Apakah rentang kehidupan yang telah dijalani lebih bernilai positif, ataukah
justru sebaliknya? Apakah selama diberi kesempatan hidup hingga saat ini, sudah
dimanfaatkan untuk beramal sholih atau tidak?
Berapa pun lamanya usia hidup kita, berapa pun
panjangnya umur kita, tidak akan berarti apa-apa ketika tidak diisi dengan
serangkaian aktivitas positif (amal sholih). Rasulullah SAW pernah memberikan
statemen: “Sebaik-baik manusia adalah yang diberi umur panjang dan diisi dengan
amal sholih. Dan seburuk-buruk manusia adalah yang diberi umur panjang dan
umurnya dihabiskan untuk hal-hal negatif”.
Untuk itu, berkaitan dengan upaya mensyukuri
pertambahan usia, yang kini sudah menginjak angka 39 ini, saya memohon kepada
Allah SWT untuk selalu diberi keteguhan hati, kesabaran jiwa dalam menjalani
hidup dan kehidupan di dunia yang penuh dengan godaan ini, agar senantiasa
berada di jalan-Nya. Aku memanjatkan doa kepada-Nya agar sisa umur yang entah
masih berapa lama lagi bisa aku manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Aku ingin
terus menunjukkan pengabdianku pada-Nya, baktiku pada kedua orang tuaku, serta
menenbar kebaikan kepada sesama, sebagai ladang amal, investasi akhirat yang
kelak akan aku tuai hasilnya di hadapan-Nya.
Semoga bertambahnya usia ini menjadikan aku lebih
baik dari sebelumnya dalam segala hal. Amiin..Ya Rabbal ‘Alamin…