USAI PILEG ,SHT OF SAMPOERNA
Bus yang membawa kami wisata sejarah kota tua
Surabaya
|
Yap, Rabu ,9 April 2014 seusai
Pemilu Legislatif emang sengaja aku dan
anak – anak tanpa rencana kami bertiga ( penulis,Uci dan nada ) berangkat dari
rumah pukul 07.30 sesampai di TPS 5 tak perlu menunggu terlalu lama gilirannya
kami dipanggil setelah mencoblos kami sepakat langsung jalan – jalan namun
sesampainya diperempatan merr kalijudan
kulihat spedo meter motorku bensinnya merah tandanya harus diisi ulang akhirnya
ku putar balik . Suamiku hari ini masih dinas,maklum TNI netral g boleh ikut
memilih sedangkan anak ku yang laki punya kegiatan sendiri di hari spesialnya
ini,ku lihat jalanan begitu lenggang tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang
,mungkin semua orang berkonsentrasi di TPS – TPS apalagi ini masih pagi
kemungkinana mall juga bukanya jam 10.00 .Dari pada bete , aku buat schedule
aja ke museum House of Sampoerna.
Aku dan anakku memang pernah ke sana sekali, saat itu ada pelatihan melukis dengan cangkang telur bersama dengan ibu Diah Katarina ( istri mantan Walikota surabaya ). Pas nyampai di House of Sampoerna ternyata rute jam 09.00 di tiadakan karena ada pileg yang ada hanya pukul 13.00 dan pukul 15.00 akhirnya kami putuskan untuk kembali nanti , sambil menunggu waktu kami putuskan untuk jalan – jalan ke pasar pabean untuk menambah koleksi jilbabku karena harga jilbab di pasar pabean harga grosir jadi relatif lebih murah dibanding pasar yang lain. Saat itu sempat kepikiran mau ajak adik ikut akhirnya ku telpon dia dan kita janjian ketemu di JMP ,tak lupa aku pesenin supaya bawa kamera ,alhamdulillah tepat pukul 11.00 kami ketemu di JMP dan bisa segera pesan tiket, karena pemberangkatannya satu setengah jam lagi, maka kami putuskan untuk jalan – jalan dulu ke musium House of Sampoerna setelah puas menikmati aroma dan keindahan musium House of Sampoerna kami keluar menuju musholla untuk melaksanakan sholat Dhuhur berjamaah .
Aku dan anakku memang pernah ke sana sekali, saat itu ada pelatihan melukis dengan cangkang telur bersama dengan ibu Diah Katarina ( istri mantan Walikota surabaya ). Pas nyampai di House of Sampoerna ternyata rute jam 09.00 di tiadakan karena ada pileg yang ada hanya pukul 13.00 dan pukul 15.00 akhirnya kami putuskan untuk kembali nanti , sambil menunggu waktu kami putuskan untuk jalan – jalan ke pasar pabean untuk menambah koleksi jilbabku karena harga jilbab di pasar pabean harga grosir jadi relatif lebih murah dibanding pasar yang lain. Saat itu sempat kepikiran mau ajak adik ikut akhirnya ku telpon dia dan kita janjian ketemu di JMP ,tak lupa aku pesenin supaya bawa kamera ,alhamdulillah tepat pukul 11.00 kami ketemu di JMP dan bisa segera pesan tiket, karena pemberangkatannya satu setengah jam lagi, maka kami putuskan untuk jalan – jalan dulu ke musium House of Sampoerna setelah puas menikmati aroma dan keindahan musium House of Sampoerna kami keluar menuju musholla untuk melaksanakan sholat Dhuhur berjamaah .
Di Museum of Sampoerna ternyata sedang ada pameran radio tua dan lukisan juga.
Mungkin radio tua ini juga merupakan bagian dari bapak perusahaannya PT. HM
Sampoerna. Itu lho perusahaan Philips, yang juga memproduksi lampu pijar, nama
perusahaannya PT. Philips Moris Indonesia, sekarang menjadi pemilik Sampoerna.
Nah, kebanyakan radio tua yang dipamerkan produknya Philips jaman dulu.
Lucu-lucu deh radionya, gedhe-gedhe pula. Tapi itu bukan isi museum utamanya. Museum utamanya tetap sama Sejarah Pabrik Tua Sampoerna. Jadi salah kaprah jika banyak yang menyebut House of Sampoerna adalah Museum Rokok, yang benar Museum Sejarah Sampoerna. Meskipun kepemilikian sudah berpindah tangan, kekayaan sejarah harus tetap dipelihara. Bagaimanapun Sampoerna enggak akan pernah lepas dari keluarga Sampoerna yang dirintis Liem Seeng Tee.
Kebetulan pas aku ke sana bareng sama bule, bule china tapi. Kayaknya kalau enggak Singapore, Malaysia deh. Mereka enggak ngomong mandarin, tapi ngomong bahasa Inggris dan bisa bahasa Indonesia. Jadi kita barengan dipandu guide, ngomongnya bahasa Indonesia. Sesekali menjawab menimpali omongan bulenya pakai bahasa Inggris. Lumayan ngerti sedikit-sedikit.
Sampai pukul 13.00 kami naik bis. Temanya pas tentang bisnis yang pernah berkembang di Surabaya dulu. Rutenya mulai dari JMP. Taukan JMP, Jembatan Merah Plaza yang sudah sejak zaman baheula jadi pusat perdagangan sampai sekarang. Berlanjut ke kampung pecinaan dan kampung arab tapi enggak transit. Kalau siang rute transitnya hanya dua kali, di Klenteng sama di Museum Bank Mandiri. Heran ya, temanya tentang bisnis tapi kok ke Klenteng? Hehehe mungkin satu jalur kali ya.
Seru deh City tour kali ini, sangat menambah wawasan kami terutama aku yang enggak suka sejarah. Tapi betah dengar guidenya cerita dan ho ha ho ho saja akunya. 10 jempol deh buat konsep edukasi sejarahnya dari Sampoerna. Apalagi semua yang kita dapat semuanya gratis. Enggak bayar sama sekali. Tapi kalau mau bawa pulang oleh-oleh bayar sendiri. Hehehe
Lucu-lucu deh radionya, gedhe-gedhe pula. Tapi itu bukan isi museum utamanya. Museum utamanya tetap sama Sejarah Pabrik Tua Sampoerna. Jadi salah kaprah jika banyak yang menyebut House of Sampoerna adalah Museum Rokok, yang benar Museum Sejarah Sampoerna. Meskipun kepemilikian sudah berpindah tangan, kekayaan sejarah harus tetap dipelihara. Bagaimanapun Sampoerna enggak akan pernah lepas dari keluarga Sampoerna yang dirintis Liem Seeng Tee.
Kebetulan pas aku ke sana bareng sama bule, bule china tapi. Kayaknya kalau enggak Singapore, Malaysia deh. Mereka enggak ngomong mandarin, tapi ngomong bahasa Inggris dan bisa bahasa Indonesia. Jadi kita barengan dipandu guide, ngomongnya bahasa Indonesia. Sesekali menjawab menimpali omongan bulenya pakai bahasa Inggris. Lumayan ngerti sedikit-sedikit.
Sampai pukul 13.00 kami naik bis. Temanya pas tentang bisnis yang pernah berkembang di Surabaya dulu. Rutenya mulai dari JMP. Taukan JMP, Jembatan Merah Plaza yang sudah sejak zaman baheula jadi pusat perdagangan sampai sekarang. Berlanjut ke kampung pecinaan dan kampung arab tapi enggak transit. Kalau siang rute transitnya hanya dua kali, di Klenteng sama di Museum Bank Mandiri. Heran ya, temanya tentang bisnis tapi kok ke Klenteng? Hehehe mungkin satu jalur kali ya.
Seru deh City tour kali ini, sangat menambah wawasan kami terutama aku yang enggak suka sejarah. Tapi betah dengar guidenya cerita dan ho ha ho ho saja akunya. 10 jempol deh buat konsep edukasi sejarahnya dari Sampoerna. Apalagi semua yang kita dapat semuanya gratis. Enggak bayar sama sekali. Tapi kalau mau bawa pulang oleh-oleh bayar sendiri. Hehehe
wah saya belum kesampaian mau ke House of Sampoerna dan ikut Surabaya Heritage Track. hmm.. sebelumnya nuwunsewu saya mau koreksi sedikit. Induk perusahaan HM Sampoerna itu namanya Philip Morris Indonesia, afiliasi dari Philip Morris International asal Amerika Serikat, tapi tidak ada hubungannya sama sekali dengan Philips NV perusahan asal Belanda yang memproduksi lampu dan alat elektronik. Kebetulan saja bahwa ada radio kuno merek Philips yang dipamerkan di House of Sampoerna. Terimakasih share pengalaman jalan2 di HoS dan ikut SHT nya yaa.. :)
ReplyDeleteterimakasih atas koreksinya dan terimakasih sudah mau bermain dan mengoreksi blog saya mohon bimbingannya kalo salah h
Delete