Training kader TB - HIV Care 'Aisyiyah Kota Surabaya

Training kader TB - HIV Care 'Aisyiyah Kota Surabaya

Surabaya - Bertempat di gedung dakwah muhammadiyah Jl. Sutorejo 69 Surabaya sebanyak 66 kader TB-HIV perwakilan dari 13 PCA Se Surabaya mengikuti Training kader TB - HIV Care 'Aisyiyah Kota Surabaya yang diselenggarakan oleh Comuninity TB-HIV care 'Aisyiyah  bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Dinas kesehatan Kota Surabaya

Hadir sebagai Narasumber dari pimpinan 'Aisyiyah Surabaya Nur Mukarromah dan  Alifah Hikmahwati . S.Th.I

Sebagai Fasilitator Bu Daniek Suryaningdiah S.M.Kes , Dr. Richo Lazzurardi  dan Syaifuddin Zuhri.  S.Kep. Nes  dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya


Alifah Hikmahwati menyampaikan dalam sambutannya 'Aisyiyah dan Muhammadiyah selain bergerak dibidang pendidikan  juga bergerak di bidang kesehatan  terbukti banyaknya Rumah Sakit dan BKIA  yang dikelola

TB-HIV  sangat membahayakan  walaupun bisa disembuhkan namun perlu diwaspadai agar bisa diminimalisir perkembangan nya hal ini dalam rangka mewujudkan Surabaya zero TB-HIV

Lebih lanjut Alifah menyampaikan " 13 cabang pengembangan TB-HIV yang dikelola oleh PDA Surabaya yang hadir pada training kader hari ini semoga menjadi amal shalih "

Daniek Suryaningdiah dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyampaikan  bahwa penelitian terakhir ditemukan indikasi bahwa pengobatan TB-HIV ada yang kebal dengan pengobatan "dots" dan  harus diobati dengan 20-25 obat dan pengobatan nya harus 2 tahun hingga tuntas

Epidemi TB-HIV  sudah berkolaborasi dg diabetes,  hal ini dikarenakan daya imun yang menurun dari pasien diabetes

Yang perlu diwaspadai adalah bila kader menemukan beberapa ciri Epidemi TB-HIV antara lain batuk berkepanjangan,  berkeringat tanpa sebab maka segeralah ke puskesmas terdekat untuk pemeriksaan dahak .

Maka tugas kader TB-HIV  sangat mulia dengan cara mengedukasi penderita TBC , tantangan yang dihadapi di lapangan sangat bervariasi dibutuhkan kesabaran dan keistiqomahan dari kader TB-HIV.

Fenomena bola pingpong menjadi pekerjaan yang tidak mudah bagi dinas kesehatan,  dimana satu pasien TB-HIV yang diobati muncul yang lain dst karena itu dibutuhkan kerjasama yang intens  di seluruh lapisan masyarakat utamanya kader TB-HIV. ( Bunda Tri )