Terwujud Berkat Istighfar

 Terwujud Berkat Istighfar


Sebut saja ajaib.

Kejadian ajaib bisa terjadi pada siapa pun sepanjang diizinkan Allah.

Bahkan sesuatu tanpa sebab pun bagi Allah sangat mudah untuk mendatangkannya.

Di kisah Nabi Isa putra Maryam misalnya. Atau bahkan kejadian manusia biasa, sangat mungkin terjadi. Tinggal kitanya yakin atau tidak?


Hidup tak sekedar mengandalkan akal pikiran saja. Masih banyak sisi-sisi kehidupan yang bisa kita jalani dengan meta-rasional; melampaui akal, lebih dari sekedar akal. Bahkan orang juga menganggapnya di luar akal atau supra-natural. Apa pun orang menamainya bahwa jalan kehidupan tidak hanya cukup ditapaki dengan dunia akal saja. Terlalu sempit.


Sebagai contoh kisah Imam Ahmad dan Istighfar Penjual Roti, dipetik dari manakib imam Ahmad.

Imam Ahmad bin Hanbal ra (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hanbali. Dimasa akhir hidup beliau bercerita, "satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tahu mengapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak."


Entah apa yang membawanya ke sana. Padahal tidak ada janji dengan siapa pun dan tidak ada hajat yang harus dipenuhi. Akhirnya berangkatlah Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita, "saat tiba disana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah Isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat". Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya "kenapa Syaikh, mau apa di sini?"


Marbot tidak tahu kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan saking tawadhu'nya Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya, bahkan tidak berpengawal seorang pun. Padahal di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat shalih dan zuhud. Sayangnya zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tahu wajahnya, cuma namanya sudah terkenal. 


Kata imam Ahmad, "saya ingin istirahat, saya musafir". Kata marbot, "tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid."

Imam Ahmad melanjutkan bercerita, "saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid. Setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid."


Lalu saya ingin tidur di teras masjid, bersebab lelah begitu terasa. Ketika sudah berbaring di teras masjid, marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Mau apa lagi Syaikh?" Kata marbot. "Mau tidur, saya musafir," kata imam Ahmad.

Lalu marbot berkata, "di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh."

Imam Ahmad diusir.

Imam Ahmad bercerita, "saya didorong-dorong sampai jalanan."


Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti).

Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi.

Saat imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh "mari Syaikh, Anda boleh menginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil". 


Kata imam Ahmad "baik".

Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).

Penjual roti ini punya perilaku tersendiri.

Kalau imam Ahmad mengajak berbicara, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, "Astaghfirullah".


Saat meletakkan garam "astaghfirullah", memecahkan telur "astaghfirullah", mencampur gandum "astaghfirullah". Selalu mengucap istighfar. 


Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu imam Ahmad bertanya "sudah berapa lama kamu lakukan ini?"

Orang itu menjawab, "sudah lama sekali Syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan." Imam Ahmad bertanya, "apa hasil dari perbuatanmu ini?", orang itu menjawab "(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah. Semua yang saya minta "Ya Allah...", langsung diterima". 


Memang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya".


Lalu orang itu melanjutkan, "semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan." 

Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya, "apa itu?". Kata orang itu, "saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan imam Ahmad". Seketika itu juga imam Ahmad bertakbir, "Allahu Akbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Baghdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu."

Penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang ada di depannya adalah Imam Ahmad.  


Sebuah pertemuan yang menakjubkan dan buah keberkahan dari istighfar. Menakjubkan, ajaib, wow dan sulit diterima akal.

Tetapi faktanya ada dan dialami oleh sang penjual roti dan imam Ahmad bin Hanbal.


Problem kaum rasional adalah soal percaya atau tidak.

Imannya diuji, apakah teruji atau tidak?

Baru kemudian Anda akan memasuki kawasan mereplika keajaiban dengan tindakan yang 'sama' untuk mendapatkan keajaiban. 

Rasional kaum beriman akan merunut jawaban dari pertanyaan "kenapa bisa begitu kejadiannya?"

Mari kita genapkan iman kita dengan meyakini sabda Nabi.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa istighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kesedihan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya, dan Allah memberinya rezeki yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud). 


Anda tak percaya?

Itu urusan iman di hati Anda.

Anda mau coba?

Semoga Allah kabulkan semua hajatmu. Jika Anda belum berhasil, boleh jadi iman yang belum sepenuhnya atau memang dosa kita yang terlalu banyak, hingga istighfar yang didawamkan belum cukup membersihkannya. 


Wa Allahu A’lam bishShawwab.