Nisan Sultan Buton Muhammad Idrus Kaimudin di Masjid Quba

 Nisan Sultan Buton Muhammad Idrus Kaimudin di Masjid Quba

Makam Sultan Buton Muhammad Idrus Kaimudin di Masjid Quba


Bau-Bau - Berkunjung ke suatu daerah kurang lengkap rasanya bila tidak berkunjung ke tempat bersejarah dan karena saat ini sudah ada di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara maka kita berkunjung ke nisan Sultan Buton Muhammad Idrus Kaimudin di Masjid Quba


Sebuah bangunan masjid tua bernama Masjid Quba sebagai bukti warisan masuknya periode Islam klasik Nusantara di Kesultanan Buton, Muhammad Idrus Kaimuddin sekitar abad 18 Masehi silam di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) 

Papan tulisan Nisan Sultan Buton Muhammad Idrus Kaimudin di Masjid Quba


Masjid tua yang berusia hampir 200 tahun ini masih terawat dan terjaga kebersihannya dengan baik serta masih aktif digunakan untuk beribadah oleh masyarakat Buton.


Sepintas bangunan putih ini tidak seperti bangunan masjid pada umumnya. Masjid ini terletak di Kelurahan Badiah, Kecamatan Murhum atau tidak jauh dari kawasan benteng pertahanan Kesultanan Buton, Kota Baubau, Sultra.


Di sekeliling masjid banyak terdapat makam. Salah satunya makam Sultan Buton ke-29. Ini sesuai wasiat Sultan pada saat itu ketika meninggal dunia dirinya ingin di makamkan di samping masjid. Bangunan masjid sebagai nisannya, sehingga keturunan sultan juga di makamkan di sekitar masjid.


Masjid ini masih digunakan untuk sholat oleh masyarakat Buton bahkan menjadi salah satu destinasi wisata religi wisatawan domestik.


Dalam sejarah Buton, La Ode Muhammad Idrus Kaimuddin tercatat sebagai sultan Buton ke-29 (1824-1851). Selain dikenal sebagai sultan, ia juga dikenal sebagai ulama besar Buton yang sangat produktif dalam menulis naskah dalam tiga bahasa (bahasa Wolio, bahasa Melayu, dan bahasa Arab). 


Melalui kajian teks yang dikarang oleh La Ode Muhammad Idrus Kaimuddin, diketahui bahwa teks naskah Bula Malino berisi tentang nasihat La Ode Muhammad Idrus Kaimuddin yang ditujukan kepada dirinya diantaranya: 

(1) agar jangan mabuk dengan kesenangan dunia, (2) agar senantiasa mengajari dan menyayangi diri sendiri, (3) agar senantiasa melaksanakan rukun Islam, berzikir, bersalawat dan salam serta memohon doa pada waktu tengah malam, (4) agar jangan membual dan memfitnah sesama, (5) agar senantiasa mensucikan diri, (6) agar mengetahui kejelekan dunia, (7) agar tidak mengutamakan kekuasaan dan kebangsawanan, (8) agar senantiasa bertawakal dan berpegang pada janji nabi, (9) agar sering mendengarkan pengajaran, (10) agar berkata apa adanya, (11) agar jangan memakai kebohongan, dan (12) agar senantiasa ikhlas hati dalam mengenang rahasia Tuhan.(Bunda Tri)