QORYAH THOYYIBAH: PELATIHAN MANAGEMEN KEUANGAN KELUARGA
Qoryah Thoyyibah ,kali ini membahas Manajemen
keuangan keluarga ,mengingat efektifitas dan sasaran yang ingin dicapai maksimal maka pelatihannya dibagi menjadi dua gelombang .untuk gruop campur sari diadakan hari senen,4 maret sebanyak 25 peserta perwakilan dari gang 6 sampai gang 8 sedangkan hari kedua,selasa 5 maret 2013 diikuti 35 peserta perwakilan dari gang 5 sampai gang 1 RW 02 Kelurahan Sukolilo Bulak Surabaya,
pelatihan berjalan lancar sesuai rencana , saat itu ibu Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur yang menjadi trainer adalah bunda Nely beliau menyampaikan Manajemen
keuangan keluarga bagi
keluarga muslim sangat penting dalam membantu mewujudkan rumah tangga yang
harmonis dan mampu menjadi pendukung bagi aktivitas keislaman dan keseharian
rumah tangga yang islami. Banyak kita temukan masalah ekonomi atau keuangan
keluarga yang menjadi penyebab ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan
akhirnya mengganggu aktivitas seorang muslim dalam melaksanakan tugasnya, baik
sebagai seorang istri, suami, atau anak untuk beribadah kepada Allah SWT.
Dalam
kaidah fiqh, ekonomi keluarga mutlak
tanggung jawab suami. Jika istri berpenghasilan, hasilnya untuk diri sendiri
dan jika digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, maka bernilai shodaqoh.
Rumah
tangga, yang di dalamnya ada suami, istri dan anak-anak, merupakan unit
keuangan yang terkecil. Pada umumnya saat awal menikah, sering terjadi
kesulitan mengatur keuangan rumah tangga, yang berakibat terjadi ‘deficit
cash flow’ pada akhir bulan, karena pengelolaan keuangan belum tertata
dengan baik, dan belum ada perencanaan secara komprehensif.
Manajemen
keuangan keluarga yang baik senantiasa menjaga keseimbangan (tawazun)
antara besarnya pendapatan keluarga dengan besarnya pengeluaran. Islam
mengajarkan kita untuk senantiasa bersifat qona’ah ketika pendapatan
keluarga tidak begitu besar dan berusaha untuk mengoptimalkan pos-pos
pengeluaran dengan baik, jangan sampai ‘besar pasak daripada tiang’.
POS
KEUANGAN KELUARGA
Pos
apa yang pertama kali kita sisihkan saat pertama kali menerima pendapatan?
Banyak ibu rumah tangga dan para bapak menjawab “belanja rutin”. Menurut
perencana keuangan keluarga Achmad Ghazali, jawaban itu kurang benar. ”Yang
benar adalah sisihkan dulu untuk zakat, infak dan sedekah (ZIS), bayar utang,
menabung baru belanja rutin.”
Mengapa
demikian, menurutnya karena belanja adalah pos yang paling fleksibel sehingga
besar atau kecilnya tergantung kebiasaan dan kemauan personal.
ZIS
berurusan dengan dunia dan akhirat kalau tidak ditunaikan akan membawa
kesengsaraan dunia dan akhirat. Begitu pula utang, sehingga jika utang telat
dibayar, maka orang yang bersangkutan harus membayar denda, bunga, dan diteror debt
collector dan apabila meninggal masih meninggalkan utang yang belum
terselesaikan maka menjadi tanggung jawab keluarganya untuk melunasi. Jika
tidak dilunasi oleh keluarganya atau diridhokan oleh pemberi utang akan
berakibat kerugian di akhirat.
"Barangsiapa
hutang kepada orang lain dan berniat akan mengembalikannya, maka Allah akan
luluskan niatnya itu; tetapi barangsiapa mengambilnya dengan Niat akan
membinasakan (tidak membayar), maka Allah akan merusakkan dia." (HR.
Riwayat Bukhari)
Dari Amru bin Syarid,
Rasulullah SAW bersabda :
“Penundaan Pembayaran
Hutang oleh orang yang mampu adalah suatu kedzoliman yang menghalalkan
kehormatan dan penyiksaannya.” (HR. Lima Ahli Hadits, kecuali Tirmidzi)
Hampir
semua manusia mengalami masa
tua/sulit/lemah/sakit, jadual pendidikan anak yang tidak bisa ditunda,
meninggalnya sang pencari nafkah utama dan lain sebagainya maka Tabungan/Investasi dan Proteksi (Asuransi)
sangat diperlukan dan harus dikeluarkan lebih dahulu sebelum pendapatan
digunakan untuk pos belanja rumah tangga. Gunakan 5 perkara sebelum datangnya 5
perkara.
“Allah SWT akan
memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik, membelanjakan
hartanya secara sederhana dan dapat menyisihkan kelebihannya untuk menjaga saat
miskin dan membutuhkan” (HR. Muslim dan Ahmad)
Mengapa
kita harus menabung / investasi
:
- Jadual pendidikan anak tidak bisa ditunda dan tidak bisa disiapkan mendadak
- Akan mengalami masa kurang produktif /tidak produktif (kalah bersaing / tua
- Supaya tidak menjadi beban orang lain (keluarga dan masayarakat) bahkan seharusnya semakin bertambah umur semakin sejahtera
Mengapa
kita harus berproteksi / ber-asuransi
:
- Semua manusia mengalami sakit begitu pula kita, pasangan kita, dan anak-anak kita, sedang biaya rumah sakit cukup mahal
- Sebagai antisipasi bila mengalami musibah mendadak seperti pencari nafkah utama meninggal/cacat tetap/sakit kritis di usia muda/produktif. (salah satu kesalahan : mobil diasuransikan tetapi jiwa pencari nafkah utama tidak diasuransikan)
- Kita tidak menginginkan kekayaan kita berkurang apalagi sampai jatuh miskin jika mengalami kejadian no.1 dan 2
- Kita tidak menginginkan pendidikan (cita-cita) anak-anak kita gagal jika mengalami kejadian no.1 dan 2
Oleh
karena itu prioritas alokasi pengeluaran keluarga sesuai syariat Islam terdiri
dari minimal 4 Pos, yaitu:
- Untuk dikeluarkan zakatnya (Minimal 2,5% SEBAIKNYA di atas 5%)
- Pengeluaran kepada pihak ketiga (Hutang) (Maksimal 25%).
- Tabungan/Investasi dan Proteksi (Asuransi) untuk kehidupan masa depan dan masa sulit (Minimal 20%)
- Terakhir untuk alokasi kebutuhan kita sekarang (Maksimal 55%)
Dari
ke empat pos tersebut seringkali terbalik, pos terakhir malah menjadi yang
utama dan pos paling utama justru menjadi yang terakhir. Seperti dalam gambar
di bawah ini.
Cash Flow seorang muslim, digambarkan seperti segentong air yang mana selalu mendapat aliran secara berkala dalam setiap bulan. Langkah awal yang harus dilakukan bagi seorang muslim adalah tidak menyediakan sembarang gentong. Gentong yang kita sediakan adalah gentong yang bermerek Gentong Q ( Qona’ah). Karena sebesar apapun pendapatan kita, tidak akan bisa cukup kalau kita sendiri tidak merasa cukup dengan yang kita dapat. Sebelum masuk dalam gentong, air harus melewati Filter Halalan Thoyyiban.
Setelah air masuk ke dalam gentong, Kran Air harus ditutup dulu. Kenapa harus ditutup dulu? Karena ”Air” masih harus membasahi bagian terpenting. Yaitu Hak Allah, (Zakat Infaq dan Shodaqoh). Baru setelah Hak Allah kita tunaikan, ”Air” kita alirkan ke saluran “Hak pihak Ketiga”. Apakah hak pihak ketiga itu? Pihak ketiga adalah hutang dan cicilan yang wajib kita tunaikan. Barulah setelah itu, kita tentukan seberapa banyak ”Air” harus kita sisakan sebelum dihabiskan. Kita alirkan ”Air” ke saluran “Hak Pribadi Masa Datang”. Yaitu untuk menabung, investasi, dan proteksi/asuransi (kesehatan, pendidikan anak, ibadah haji, masa lemah dan tidak produktif, dll).
Setelah melewati saluran-saluran tersebut, barulah ”Air” bisa kita nikmati untuk mencukupi kebutuhan. Dan ingat! Kran harus tetap difungsikan. Artinya, kita harus bisa hidup hemat, menyesuaikan konsumsi kita dengan ”Air” yang tersedia.
Cash Flow seorang muslim, digambarkan seperti segentong air yang mana selalu mendapat aliran secara berkala dalam setiap bulan. Langkah awal yang harus dilakukan bagi seorang muslim adalah tidak menyediakan sembarang gentong. Gentong yang kita sediakan adalah gentong yang bermerek Gentong Q ( Qona’ah). Karena sebesar apapun pendapatan kita, tidak akan bisa cukup kalau kita sendiri tidak merasa cukup dengan yang kita dapat. Sebelum masuk dalam gentong, air harus melewati Filter Halalan Thoyyiban.
Setelah air masuk ke dalam gentong, Kran Air harus ditutup dulu. Kenapa harus ditutup dulu? Karena ”Air” masih harus membasahi bagian terpenting. Yaitu Hak Allah, (Zakat Infaq dan Shodaqoh). Baru setelah Hak Allah kita tunaikan, ”Air” kita alirkan ke saluran “Hak pihak Ketiga”. Apakah hak pihak ketiga itu? Pihak ketiga adalah hutang dan cicilan yang wajib kita tunaikan. Barulah setelah itu, kita tentukan seberapa banyak ”Air” harus kita sisakan sebelum dihabiskan. Kita alirkan ”Air” ke saluran “Hak Pribadi Masa Datang”. Yaitu untuk menabung, investasi, dan proteksi/asuransi (kesehatan, pendidikan anak, ibadah haji, masa lemah dan tidak produktif, dll).
Setelah melewati saluran-saluran tersebut, barulah ”Air” bisa kita nikmati untuk mencukupi kebutuhan. Dan ingat! Kran harus tetap difungsikan. Artinya, kita harus bisa hidup hemat, menyesuaikan konsumsi kita dengan ”Air” yang tersedia.
No comments:
Post a Comment