99 CAHAYA DI LANGIT EROPA

Berawal dari bisik - bisik teman , tentang Film yang harus aku tonton minggu ini , langkah kakiku ku ayunkan ke Cinema 21 yang berada di Surabaya Mall , ku telpon anak dan adikku ( sengaja surprise buat mereka ) agar segera meluncur ke Surabaya Plaza  tanpa ku kabari alasanya mereka segera meluncur ke tempat yg ku maksud,namun sayang filmnya sudah dimulai sehingga prediksiku kali ini aku harus nonton sendiri surprise yang ku siapin gagal,tiket yang sudah aku beli aku titipkan ke petugas loket barangkali adikku bisa datang ( sebelumnya ku tinggalkan pesan pd adikku untuk menemui seseorang di cinema 21), sebab selama film diputar aku sengaja mematikan telpon genggamku agar aku bisa menikmati tontonan tanpa terganggu ,dan syukur alhamdulillah 15 menit kemudian adikku datang bersama anakku yang sulung dan yang bungsu, mereka terkaget - kaget dan bahagia karena surprise yang aku siapkan adalah trending topik dikampusnya , tak henti - hentinya mereka berterimakasih untuk kebersamaan dan hadiahnya hari ini.

99 CAHAYA DI LANGIT EROPA
99 CAHAYA DI LANGIT EROPA adalah catatan perjalanan atas sebuah pencarian. Pencarian cahaya Islam di Eropa yang kini sedang tertutup awan saling curiga dan kesalahpahaman. Untuk pertama kalinya dalam 26 tahun, aku merasakan hidup di suatu negara dimana Islam menjadi minoritas. Pengalaman yang makin memperkaya spiritual Hanum  untuk lebih mengenal Islam dengan cara yang berbeda.

Hanum dan Rangga ( suaminya ) Tinggal di Eropa selama 3 tahun adalah arena menjelajah Eropa dan segala isinya. Hingga akhirnya Hanum menemukan banyak hal lain yang jauh lebih menarik dari sekedar Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro, Colloseum Roma, atau gondola gondola di Venezia. Pencariannya telah mengantarkannya pada daftar tempat-tempat ziarah baru di Eropa. Hanum tak menyangka Eropa sesungguhnya juga menyimpan sejuta misteri tentang Islam.

Eropa dan Islam. Mereka pernah menjadi pasangan serasi. Kini hubungan keduanya penuh pasang surut prasangka dengan berbagai dinamikanya. Hanum merasakan ada manusia-manusia dari kedua pihak yang terus bekerja untuk memperburuk hubungan keduanya.

Pertemuan Hanum dengan perempuan muslim di Austria, Fatma Pasha telah mengajarkannya untuk menjadi bulir-bulir yang bekerja sebaliknya. Menunjukkan pada Eropa bulir cinta dan luasnya kedamaian Islam. Sebagai Turki di Austria, Ia mencoba menebus kesalahan kakek moyangnya yang gagal meluluhkan Eropa dengan menghunus pedang dan meriam. Kini ini ia mencoba lagi dengan cara yang lebih elegan, yaitu dengan lebarnya senyum dan dalamnya samudra kerendahan hati.

Hanum dan Fatma mengatur rencana. Kami akan mengarungi jejak-jejak Islam dari barat hingga ke timur Eropa. Dari Andalusia Spanyol hingga ke Istanbul Turki. Dan entah mengapa perjalanan pertama Hanum  justru mengantarkan Hanum ke Kota Paris, pusat ibukota peradaban Eropa.

Di Paris Hanum bertemu dengan seorang mualaf, Marion Latimer yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Marion menunjukkan kepada Hanum bahwa Eropa juga adalah pantulan cahaya kebesaran Islam. Eropa menyimpan harta karun sejarah Islam yang luar biasa berharganya. Marion membukakan mata hatiHanum. Membuatku jatuh cinta lagi dengan agamaku, Islam. Islam sebagai sumber pengetahuan yang penuh damai dan kasih.

Museum Louvre, Pantheon, Gereja Notre Dame hingga Les Invalides semakin membuat Hanum yakin dengan agamanya. Islam dulu pernah menjadi sumber cahaya terang benderang ketika Eropa diliputi abad kegelapan. Islam pernah bersinar sebagai peradaban paling maju di dunia, ketika dakwah bisa bersatu dengan pengetahuan dan kedamaian, bukan dengan teror atau kekerasan

Perjalanan Hanum menjelajah Eropa adalah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan oleh Islam di benua ini. Cordoba, Granada, Toledo, Sicilia dan Istanbul masuk dalam manifest perjalanan spiritual Hanum selanjutnya.

Saat memandang matahari tenggelam di Katedral Mezquita Cordoba, Istana Al Hambra Granada, atau Hagia Sophia Istanbul, Hanum bersimpuh. Matahari tenggelam yang ia lihat adalah jelas matahari yang sama, yang juga dilihat oleh orang-orang di benua ini 1000 tahun lalu. Matahari itu menjadi saksi bisu bahwa Islam pernah menjamah Eropa, menyuburkannya dengan menyebar benih-benih ilmu pengetahuan, dan menyianginya dengan kasih sayang dan toleransi antar umat beragama.

Akhir dari perjalanan Hanum selama 3 tahun di Eropa justru mengantarkannya pada titik awal pencarian makna dan tujuan hidup. Makin mendekatkanku pada sumber kebenaran abadi yang Maha Sempurna.

Aku teringat kata sahabat Ali RA:
Wahai anakku! Dunia ini bagaikan samudra di mana banyak ciptaan ciptaan Nya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu; dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan.(Ali bin Abi Thalib RA)