Blusukan Kampung Peneleh With Kabar Surabaya
Blusukan
kampung peneleh kali ini tidak hanya Bersama kabar surabaya namun turut
serta Cak Boni, Ipung "Surabaya Punya Cerita", Kuncarsono
"Sawoong" & Sasha Mahe "Film Maker dari Paris" komunitas
Prufritz ( penerjemah bahasa) dan komunitas blogger .
start dimulai dari Sawoong T-shirt , cak kuncarsono selaku pemilik sawoong T-shirt menyampaikan bahwa Rumah ini baru dibeli 1 tahun yang lalu dan masih dalam taraf konservasi tujuan nya tuk dibuat centralpoin bagi teman teman yang ingin mengetahui sejarah Surabaya Sudah banyak beberapa turis lintas negara ataupun mahasiswa asing yang belajar di Indonesia, record terbesar saat mengantar mahasiswa petra sebanyak 2 bus untuk diajak keliling Surabaya Bangunan ini berdiri tahun 1907 sebagai rumah dinas makam peneleh Kemudian 10 tahun kemudian dibeli keturunan arab lalu 1920 dibeli ke keturunan Thionghoa setelah generasi ke empat , baru kemudian di jual ke cak kuncar , beliau dulunya berprofesi sebagai seorang jurnalis di harian surya
Rumah
Lahir Presiden Pertama Indonesia
Dari sawoong T-shirt
di pandu cak kuncar kami menuju rumah kelahiran Ir. Soekarno Presiden 1 RI Tidak
banyak yang mengetahui rumah lahir Presiden pertama Indonesia, Sukarno. Di
rumah seluas 5 X 14 meter di Jalan Peneleh gang andean IV nomor 40, Kelurahan
Peneleh, Kecamatan Genteng merupakan rumah kelahiran Bapak Proklamator,
Sukarno.
Awalnya rumah yang dihuni 4 orang ini tak banyak kenal dan tahu. Namun, pasca ditetapkan sebagai ‘Bangunan Cagar Budaya’ 2013 silam sebagai “Rumah Kelahiran Bung Karno” oleh Pemerintah Kota Surabaya saat itu diresmikan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini
Rumah berwarna putih dan hijau pucat untuk bingkai pintu serta jendelanya ini menjadi perbincangan banyak orang. Bagaimana kondisi rumah ini jelang Hari kelahiran Bung Karno?
Mencari rumah tersebut tidak terlalu sulit, tinggal cari Jalan Peneleh. Setelah itu, tinggal mencari gang Pandean IV nomor 40 yang ada di sisi kiri jalan dan menyusuri gang dengan lebar sekitar 3,5 meter.
Persis di depan gapura, ada sebuah prasati dan baliho bergambar Bung Karno bertuliskan, 'Di sini Tempat Kelahiran Bapak Bangsa Dr. Ir. Soekarno. Penyambung Lidah Rakyat, Proklamator, Presiden pertama RI, Pemimpin Besar Revolusi'.
Prasasti itu ditandatangani di Surabaya, 29 Agustus 2010 oleh Wali Kota Surabaya saat itu, Bambang DH. Di prasasti ini, tertulis pula Pandean IV/40, 06 Juni 1901(Kamis Pon). Nah, tepat di atas prasasti ini, terdapat baliho bergambar Sukarno bertuliskan “Pandean Bersejarah, Tanah kelahiran Soekarno, 06 Juni 1901, Kampoeng Soekarno”.
Rumah yang saat ini ditempati Djamilah bersama 3 saudaranya ini dibenarkan warga sebagai rumah tempat lahir Sukarno. Di atas daun pintu rumah tersebut terpasang pelat kuning yang menjelaskan sebagai bangunan cagar budaya dengan SK Walikota Surabaya nomo 188.45/321/436.1.2/2013.
Awalnya rumah yang dihuni 4 orang ini tak banyak kenal dan tahu. Namun, pasca ditetapkan sebagai ‘Bangunan Cagar Budaya’ 2013 silam sebagai “Rumah Kelahiran Bung Karno” oleh Pemerintah Kota Surabaya saat itu diresmikan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini
Rumah berwarna putih dan hijau pucat untuk bingkai pintu serta jendelanya ini menjadi perbincangan banyak orang. Bagaimana kondisi rumah ini jelang Hari kelahiran Bung Karno?
Mencari rumah tersebut tidak terlalu sulit, tinggal cari Jalan Peneleh. Setelah itu, tinggal mencari gang Pandean IV nomor 40 yang ada di sisi kiri jalan dan menyusuri gang dengan lebar sekitar 3,5 meter.
Persis di depan gapura, ada sebuah prasati dan baliho bergambar Bung Karno bertuliskan, 'Di sini Tempat Kelahiran Bapak Bangsa Dr. Ir. Soekarno. Penyambung Lidah Rakyat, Proklamator, Presiden pertama RI, Pemimpin Besar Revolusi'.
Prasasti itu ditandatangani di Surabaya, 29 Agustus 2010 oleh Wali Kota Surabaya saat itu, Bambang DH. Di prasasti ini, tertulis pula Pandean IV/40, 06 Juni 1901(Kamis Pon). Nah, tepat di atas prasasti ini, terdapat baliho bergambar Sukarno bertuliskan “Pandean Bersejarah, Tanah kelahiran Soekarno, 06 Juni 1901, Kampoeng Soekarno”.
Rumah yang saat ini ditempati Djamilah bersama 3 saudaranya ini dibenarkan warga sebagai rumah tempat lahir Sukarno. Di atas daun pintu rumah tersebut terpasang pelat kuning yang menjelaskan sebagai bangunan cagar budaya dengan SK Walikota Surabaya nomo 188.45/321/436.1.2/2013.
Kediaman
HOS. Cokroaminoto
selanjutnya
perjalanan dilanjutkan ke kediaman HOS. Cokroaminoto , Raden
Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau HOS Cokroaminoto dikenal sebagai tokoh
nasional dan populer sebagai Pemimpin Sarekat Islam yaitu organisasi politik
pertama di negeri ini. Secara pribadi peran Cokroaminoto bagi berdirinya negeri
ini, sangat berpengaruh. Beliau adalah guru dari beberapa tokoh pergerakan di
negeri ini. Sebut saja, Soekarno, Kartosuwirjo, Semaoen, Muso, Alimin, dan
banyak lagi.
Sekilas tetang bangunan bersejarah peninggalan
Cokroaminoto, setelah beberapa kali berganti kepemilikan, akhirnya rumah di
jalan Peneleh Gang VII itu menjadi miliknya. Rumah ini tak hanya berfungsi
sebagai rumah tinggal, namun oleh Cokroaminoto dan istri dijadikan rumah
indekos bagi para pelajar Hogere Burgerlijks School (HBS). Dalam perjalanannya
rumah ini juga berfungsi menjadi pondok pesantren kecil. Dan mereka tidak
sekedar belajar ilmu agama, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpolitik.
Di rumah ini juga tersimpan berbagai koleksi barang-barang antik peninggalan Cokroaminoto. Beberapa masih utuh, beberapa lainnya sudah diduplikasi, karena lapuk dimakan jaman.
Di rumah ini juga tersimpan berbagai koleksi barang-barang antik peninggalan Cokroaminoto. Beberapa masih utuh, beberapa lainnya sudah diduplikasi, karena lapuk dimakan jaman.
Kampung Peneleh dulunya makam Umum
Menurut keterangan cak kuncar , Konon
ceritanya sebenarnya Kampung Peneleh adalah makam Umum , hal ini bisa
kita lihat ketika kami blusukan dari kampung ke kampung di peneleh ada beberapa
makam yang masih terawat dengan baik di tengah jalan .
Masjid Jami' Peneleh
Sejarah
Kampung Peneleh sering berhubungan dengan kisah Sunan Ampel dan penyebaran
Islam di Jawa dan Surabaya . Dikisahkan bahwa sebelum berada di Ampel , Raden
Rahmat membangun sebuah masjid di Peneleh . Selain masjid dari Peneleh , jejak
sejarah dapat dilihat dari keberadaan rumah-rumah tua yang tersebar di seluruh
gang sempit di Kampung Peneleh . Banyak rumah-rumah tua masih mempertahankan
gaya arsitektur mereka serta rincian yang tampak pada façade bangunan .
Perjalanan
diakhiri menuju lokasi awal blusukan yaitu Sawoong T-Shirt untuk belanja oleh
oleh T- Shirt untuk keluarga di rumah
No comments:
Post a Comment