Love Suroboyo Blusukan Makam dan Kampung Peneleh

Love Suroboyo Blusukan Makam dan Kampung Peneleh

                     ( Foto : Katon Bagus )
Surabaya -Komunitas Love Suroboyo pagi ini melakukan hunting ke kampung lawas Peneleh bersama 30 orang anggotanya ( Minggu 25 September 2016 )

Perjalanan diawali dengan agenda pertama menyaksikan Hetrian , salah satu anggota komunitas love Suroboyo yang melakukan aksi  teatrikal perang 10 november di Tugu Pahlawan Perjalanan diawali dengan agenda pertama menyaksikan Hetrian , salah satu anggota komunitas love Suroboyo yang melakukan aksi  teatrikal teatrikal pertempuran 10 november bersama komunitas Roodeburg Surabaya.

Di dalam area tugu pahlawan terlihat Puluhan Arek-Arek Surabaya dengan memanggul senapan laras panjang dan bambu runcing, tengah bertempur melawan tentara sekutu. Sebelumnya, “Bung Tomo” dengan suara menggelegar, berpidato membakar semangat arek-arek Suroboyo diikuti suara “Ketut Tantri”, sahabat Bung Tomo, yang menerjemahkan pidato itu ke dalam bahasa Inggris. 

Nuansa heroisme perjuangan Arek-Arek Surabaya pada 10 November 1945 silam, serasa hadir kembali melalui suguhan teatrikal yang diperankan dengan apik oleh anak-anak muda Surabaya. Dan teatrikal bertema “Radio Pemberontak” itu menjadi awal dimulainya Parade Surabaya Juang 2014 yang merupakan rangkaian peringatan Hari Pahlawan.


Aksi  teatrikal teatrikal pertempuran 10 november bersama komunitas Roodeburg Surabaya.
( Foto : Katon Bagus )


Usai menyaksikan aksi teatrikal , perjalanan dilanjutkan ke  Makam Belanda Peneleh, turut mendampingi perjalanan hunting kali ini Chrisyandi, Salah satu warga Surabaya  yang memiliki koleksi buku Dan foto tentang Surabaya paling lengkap , admin fb Surabaya Heritage Society, admin Indonesia History, anggota tim 8 Van Vober, yang bekerja di perpustakaan universitas Ciputra.

Menurut Anton , penasehat  komunitas love Suroboyo " Chrisyandi kalo blusukan suka nekat naik ke atas genteng bangunan ".

Luas makam Peneleh kurang lebih 5 km dijelajahi oleh anggota komunitas love Surabaya , banyak hal yang ingin mereka cari tahu , diantaranya ini makam siapa, apa jabatannya,  kenapa dimakamkan disini , masih adakah keluarga yang datang mengunjungi dan banyak lagi pertanyaan pertanyaan lain.


Walaupun sebenarnya sebelum berangkat anggota komunitas ada yang mengingatkan, kalau di makam Peneleh banyak yg berlubang kosong, tidak sedikit dari mereka yang merasa takjub , heran bahkan ada menyayangkan akan kondisi makam yang berlubang dan kurang terawat.

Seperti yang dipesankan Anis , salah satu anggota komunitas yang berhalangan hadir , dikarenakan melakukan travelling ke Manado  " Semangat ya rek , buang pikiran negatif di sana dan jaga Atittude, kalau nanti ketemu makam berlubang jangan main petak umpet disana yaaa...".

Hal ini dibenarkan oleh dua anggota komunitas , Bara dan Lutfhi yang melakukan perjalanan sehari sebelum pelaksanaan hunting hari ini " Iya , Katanya penjaga makam kemarin juga begitu ,pikiran kita tidak boleh kosong dikhawatirkan nanti bisa kesurupan "

Dari sekian banyak makam kuno bergaya modern ada lima makam orang Jepang diantara makam orang Belanda ,  hal ini bisa dilihat di batu nisan yang ada tulisan 和歌山市 orang jepang dari daerah wakayama .


Gubernur Jenderal Pieter Markus, salah satu pejabat tertinggi Hindia Belanda yang meninggal pada saat menjabat.





Makam Peneleh

Dari makam Peneleh perjalanan komunitas love Suroboyo dilanjutkan Blusukan ke kampung lawas Peneleh, Rumah Kelahiran Bung Karno, Rumah Hos Cokroaminoto, Masjid Jami' Peneleh, dan Rumah Ruslan Abdul Gani.


Blusukan kampung peneleh usai dari makam Peneleh Diawali dari Sawoong , salah satu usaha merchandis  oleh oleh khas Surabaya milik cak kuncar mantan jurnalis yang beralih profesi sebagai pengusaha menyatakan " rumah yang ditempati untuk sawoong adalah  salah satu rumah tua dan bersejarah di Surabaya , kami berusaha menata ulang sesuai dengan aslinya mulai dari bangunan hingga properti didalamnya "

Perjalanan dilanjutkan ke rumah kelahiran Ir.  Soekarno presiden indonesia yang pertama di Jl. Pandean 1 no. 4 Surabaya.

Dirumah Ir.  Soekarno  penghuni rumah kurang kooperatif dan tertutup .

Menurut Shandy,  ketua komunitas love Suroboyo " sejak ramai diberitakan dimedia  penghuni rumah  kayak terusik dengan hadirnya banyak orang yang  masuk didalam rumahnya ,  sehingga anggota komunitas hanya bisa lewat saja dan foto di depan rumah kediaman Ir.sukarno


Dibeberapa gang kampung Peneleh ada makam ditengah jalan yang masih dijaga dan dirawat oleh warga sekitar,  dan sepertinya warga nyaman nyaman saja walaupun ada makam menghalang kurang teratur ada di tengah jalan.


Blusukan berlanjut ke Rumah HOS Cokrominoto , banyak hal yang bisa dipelajari dari rumah bercat hijau ini dari foto foto dan furniture yang ada , mulai dari masa kecil sukarno hingga aktivitas yang dilakukan Rumah HOS Cokrominoto  di rumah yang bersejarah ini.
Masjid Jami' Peneleh

Dari rumah Rumah HOS Cokrominoto perjalanan dilanjutkan ke masjid jami' Peneleh,  masjid tertua yang dibangun senang ampel sebelum mendirikan masjid ampel , arsitektur yang unik dan masih terawat dengan baik menjadi pengalaman tersendiri bagi anggota komunitas love Suroboyo yang mengikuti perjalanan blusukan kampung Peneleh kali ini .

Di rumah HOS Cokroaminoto

Rute terakhir dari perjalanan ini adalah Rumah ruslan abdul gani , rumah yang sering dikunjungi anak muda di malam hari ini belum lama dijadikan musium.

Bara , anggota komunitas love suroboyo yang bertugas menyurvey lokasi satu hari sebelumnya menyatakan " malam minggu di rumah ruslan abdul gani ada acara keroncongan ,di depan rumah ruslan abdul gani itu ada sejarah nya pernah digunakan  rapat bersama  Ir.  Sukarno namun rumah itu  sekarang menjadi masjid "

Akhirnya Jalan mengelilingi makam Peneleh 5 hektar, lanjut blusukan ke Pandean 1-4, Peneleh1-5, Plampitan 1-3, sepanjang 4- 5km dan  diakhiri kuliner makan siang dengan menu soto dan es teh serta pulang kehujanan menjadi kenangan terindah bagi anggota komunitas love Suroboyo yang melakukan hunting kampung Peneleh hari ini .
( Bunda Tri )

Catatan : dokumentasi diambil dari album Line Love Suroboyo
karya : Katon Bagus
lokasi Makam Peneleh Surabaya