In Kedua Pendampingan K-13

In Kedua Pendampingan K-13


Surabaya -  Pendampingan Kurikulum 2013 In kedua yang diikuti kepala sekolah , guru kelas 1 , guru agama dan guru PJOK se Kecamatan Bulak  dengan menggunakan dana bantah 2016 di SDN Bulak Rukem I No. 258 Surabaya  ini dihadiri oleh Arifin , selaku Pengawas TK / SD UPTD - BPS Surabaya V 9 20/10/2016)

Arifin menyampaikan " Kegiatan In kedua Pendampingan K-13 yang ada di SDN Bulak Rukem 1 ini laporannya sudah bagus tidak ada laporan laporan yang sifatnya itu menjadikan suatu permasalahan di dalam kegiatan yang ada di dalam in " ujarnya.

maksud diadakan nya kegiatan ini yang pertama diharapkan setelah pendampingan guru guru sudah mendapatkan teori-teori dari para narasumber maka diharapkan bapak ibu Nantinya bisa  praktek mengajar nya itu benar-benar sudah bisa mempraktekkan kurikulum 2013 yang diharapkan sekarang ini .

yang kedua diharapkan pembuatan RPP yang  sekarang ini itu selalu didengungkan adanya PMP penjamin mutu pendidikan Kalau di sekolah langsung ada sistem penjamin mutu pendidikan internal SPMI.

Pola pendampingan In - On - In - On merupakan kegiatan pendampingan yang berkelanjutan , peserta di kegiatan In pertama diberikan wawasan dan materi sebagai bekal On , kemudian di In kedua peserta bersama pendamping mengupas , membahas dan mengevaluasi kegiatan On pertama di sekolah masing masing berdasar hasil pengamatan pendamping mulai dari RPP hingga ke tekhnis sesuai yang tertulis di RPP , hal ini diharapkan pada On yang terakhir peserta pendampingan bisa memaksimalkan diri , Kegiatan tindak lanjut yang berupa pendampingan bertujuan untuk menguatkan penerapan hasil pelatihan dalam proses pembelajaran di sekolah .
Kegiatan pembelajaran seperti ini patut mendapatkan acungan jempol. Karena dalam kegiatan pembelajaran tersebut sangat menyenangkan dan bermakna, yang sebenarnya sangat cocok dengan arti pembelajaran yang sebenarnya. Demikian pula pada saat peserta melakukan praktek mengajar mendapatkan respon positif dari seluruh siswa melalui kegiatan refleksi yang telah disampaikan.
Tanpa kita sadari ternyata kegiatan pendampingan sama pentingnya dengan pelatihan guru. Dengan pendampingan guru sebagai agen pembaharu dari paradigma pendidikan benar-benar kita wujudkan. Bagi fasilitator proses pendampingan merupakan alat ukur melihat keberhasilan dimana peserta sebagai guru dapat mengimplementasikan langsung di dalam kelas dan sekolahnya. Sekolah yang mengirimkan guru sebagai peserta pelatihan akan terjadi perubahan yang signifikan bagi pembelajaran di sekolah tersebut. Perubahan pembelajaran dikelas dan sekolah akan mendorong kondisi perubahan tingkah laku pembelajaran.
Perubahan tingkah laku pembelajaran tersebut mengarah dari pembelajaran yang konvensional menuju pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran menyenangkan dan bermakna merupakan pembelajaran yang mengasikkan.
Kontek pembelajaran yang Mengasikkan terwujud kalau guru dan kepala sekolah berupaya mensukseskan program pendampingan dari tindaklanjut pelatihan. Program pendampingan menimbulkan gerakan memperbaiki pembelajaran disekolah tersebut. Bagi guru dengan pendampingan akan berupaya mempersiapkan perencanaan , metode , media  dan proses pembelajaran itu sendiri. Sedangkan kepala sekolah akan lebih mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang kurang disekolah dan berupaya untuk melengkapinya.
Kegiatan pendampingan akan terjadi seting tempat duduk berdasarkan model pembelajaran yang dipakai, Selain itu akan terjadi pemejangan hasil karya yang mendorong siswa lebih kreatif untuk menggali potensi yang ada pada diri siswa tersebut. Perubahan suasana belajar dalam kegiatan pendampingan akan mendorong terjadi perubahan yang permanen pada diri sekolah. Sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong perubahan budaya pembelajaran dari konvensional menuju perubahan pembelajaran yang mengasikkan. Tekat sekolah setelah dikunjungi dari guru dari sekolah lain menimbulkan kesadaran untuk mempercantik dan merubah gaya belajar di sekolah tersebut yang menuju ke arah yang lebih baik dan berkualitas.
Dalam kegiatan pendampingan , para pendamping harus memahami peran mereka lebih sebagai fasilitator dan tidak menjadi supervisor sebagaimana yang dilakukan Kepala Sekolah maupun pengawas. Apabila para pendamping dapat memainkan peranannya , maka para pendamping dan guru yang akan didampingi akan menimbulkan kemitraan yang baik yang akan mendorong tercapainya tujuan meningkatkan pembelajaran yang Mengasikkan.
Dalam kegiatan pendampingan tugas para pendamping harus dapat membuat guru yang didampingi nyaman , dan menerima dengan terbuka karena dilakukan tanpa tekanan dan penuh silahturuhmi. Dengan cara begitu suasana pendampingan akan mendorong meningkatkan pembelajaran yang sebenarnya . Kalau para pendamping berperan seperti supervisor akan membuat guru terasa seram dan menakutkan , sehingga perubahan pembelajaran yang bermakna , menyenangkan dan Mengasikkan akan akan terwujud. Dengan demikian proses pendampingan secara bertahap akan merubah budaya pembelajaran yang Mengasikkan.