Menulis yang Dialami, Menulis yang Dirasakan

Menulis yang Dialami, Menulis yang Dirasakan


Menulis tidak hanya tentang masa lalu. Menulis juga bisa tentang masa kini. Apa yang anda lakukan sehari-hari. Apa yang anda rasakan sehari-hari. Baik senang, susah, dan sedih, bisa ditulis.

Misalkan saja seorang ibu rumah tangga, bisa berbagi tips bagaimana mendidik karakter anak dengan baik. Mulai dari bangun, hingga tidur. Ada orang tua yang berhasil mendidik anaknya agar tidak kecanduan game. Bagikan pengalaman itu melalui tulisan. Niscaya orang tua lain akan sangat membutuhkannya.

Atau seorang guru berbagi strategi dalam mendidik siswanya. Bagaimana mengatasi anak yang nakal atau anak juvenile delinquency. Mendidik sopan dan santun siswa agar hormat dan segan pada guru. Atau guru di sekolah inklusi, berbagi metode dalam mendidik muridnya, terkait bagaimana berlaku adil pada siswa yang ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) atau non ABK. Bagaimana menemani mereka dan menjadi “orang tua” bagi mereka.

Pengalaman yang anda tulis sehari-hari akan menjadi dokumentasi pribadi anda, sekaligus menjadi inspirasi bagi banyak orang. Salah satu penulis dan tokoh yang suka mendokumentasikan kegiatannya sehari-hari adalah Rhenald Kasali. Jika anda membaca bukunya “Disruption” pada halaman 4, Rhenald Kasali menunjukkan bahwa ia sedang menulis di dalam pesawat, di atas selembar kertas. Lalu catatan kertas itu diphoto dan dikirim ke asistennya di Jakarta untuk diketik (ditulis ulang). Setelah diketik, Rhenald Kasali kembali mengeditnya dalam bentuk soft copy menggunakan iPad.

Demikian juga dengan Dahlan Iskan. Ia selalu mendokumentasikan kegiatan sehari-hari. Anda tentu masih ingat catatan Dahlan Iskan ketika ia menjabat sebagai “CEO PLN”, dengan kolom di Jawa Pos yang diberi nama “Ceo’s Notes”. Dahlan Iskam menulis capaian-capaian dan strateginya ketika sedang menjabat Dirut PLN. Begitu juga ketika beliau menjadi menteri BUMN. Dahlan Iskan membuat kolom yang diberi nama “Manufacturing Hope”, sebuah catatan perjalanan dan kegiatan-kegiatan Dahlan Iskan selama menjadi menteri BUMN.

Ada banyak manfaat jika pejabat publik melakukan hal itu. Pertama, tentu akan mengedukasi masyarakat bahwa “begini lho” persoalan yang sedang dialami oleh BUMN kita. Kedua, masyarakat akan ikut turut memberi masukan, kalaupun tidak, minimal masyarakat paham dengan persoalan dan kondisi yang ada, sehingga masyarakat tidak demo atau protes dalam ketidaktahuan mereka.

Seandainya anda bukan orang terkenal pun, anda tetap bisa menuliskan kegiatan harian anda dalam buku diary. Dan suatu saat bisa dipoles menjadi novel otobiografi. Seperti Novel “To Kill A Mockingbird” karya Nelle Harper Lee, sebagian besar isi novel tersebut diambil dari pengalaman sehari-hari penulis.

Anda jangan terburu-buru tidak percaya diri, karena menganggap cerita anda tidak menarik, atau biasa saja, atau tidak memiliki daya jual. Tuhanlah yang menggerakkan hati seseorang untuk suka terhadap sesuatu, juga Allahlah yang menggerakkan hati seseorang untuk membeli buku anda. 

Seorang penulis harus yakin bahwa apa yang ia ceritakan dari pengalamannya adalah berharga, sebagaimana yang dikatakan oleh Peter Marmorek “The first step to becoming a better writer is believing your own experience is worth writing about”. Tahapan pertama untuk menjadi penulis yang baik adalah percaya bahwa pengalaman pribadi anda sangat berharga untuk ditulis.

Kenapa yang anda lakukan dan rasakan saat ini perlu segera ditulis? Karena hari esok akan ada pengalaman baru yang siap menanti untuk ditulis. Jika tidak langsung ditulis, maka pengalaman itu akan terus menumpuk, bahkan bisa jadi anda akan lupa untuk menuliskannya. 

Jadi, tidak ada lagi alasan bingung mau nulis apa? tulis saja apa yang anda pikirkan dan anda lakukan sekarang. Orson Scott Card pernah mengatakan: “everybody walks past a thousand story ideas every day. The good writers are the one who see five or six of them. Most people don’t see any”. Setiap dari kita akan berjalan melewati ribuan ide cerita setiap hari. Penulis yang baik adalah yang mampu melihat dan menangkap lima atau enam dari ribuan ide cerita tersebut. Tapi sebagian besar tidak melihat sama sekali.

Namun, sebenarnya bukan hanya yang kita rasakan saja yang bisa ditulis. Tapi bisa juga yang dirasakan oleh orang lain. Pengalaman orang lain yang berkesan bisa menjadi inspirasi untuk ditulis. Karena itu, hati-hati jika curhat dengan penulis. Dengan merubah sedikit nama tokoh dan setting sosial, curhatan anda bisa jadi novel. Yang mendapat nama dan uang orang lain. Padahal ide dari pengalaman sendu anda. hehe