LORJUK ITU APA?????.....

Razor clam alias “lorjuk” atau “kerang bambu”.Kerang bambu (Lorjuk) adalah sejenis binatang laut yang masih termasuk keluarga kerang-kerangan. Setelah diolah, lorjuk dapat menjadi bahan untuk membuat petis dan rengginang khas masyarakat Jatim khususnya madura.
 
Solen spp(Solen vaginalis/Kerang Pisau/Kerang Bambu)
 1.    Deskripsi dan klasifikasi Kerang Pisau(Solen spp)
Kerang pisau atau lorjuk (Solen  spp) merupakan anggota dari famili Solenidae. Kerang pisau memiliki cangkang yang panjang dengan dua sisi paralel, tubuhnya kecil memanjang, salah satu ujung tubuhnya berbentuk runcing seperti mata pisau, menempel dan berdiri tegak di pantai berpasir. Kadang kala lorjuk menarik badannya ke dalam pasir untuk berlindung dari musuh.  Lorjuk di beberapa negara dikenal juga dengan sejumlah nama seperti  “razor clam” atau “jackknife” karena karakteristiknya yang identik dengan pisau (Ditjen PPHP 2010).
Spesies kerang pisau (Solen  spp) disebut juga  short razor, mempunyai panjang hanya 2 atau 3 inchi (5-7,5 cm) pada pertumbuhan maksimal. Kerang jenis ini berbentuk tipis, memanjang, dan tutupnya terbuka satu sama lain. Permukaannya halus dan agak mengkilap dengan kerutan konsentris sangat redup. Morfologi kerang pisau dapat dilihat pada Gambar 1. Klasifikasi kerang pisau (Solen spp) menurut Tuaycharoen dan Matsukuma (2001) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Mollusca
 Sub filum: Conchifera
 Kelas: Bivalva;
Ordo: Heterodonta
 Sub ordo: Veneroida
Famili: Solenidae
Genus:  Solen
Spesies: Solen spp.


Habitat kerang pisau berupa pasir berlumpur dengan arus air laut yang lemah.  Kerang pisau  bersembunyi atau menggali secara vertikal pada substrat berpasir dan sedikit keluar pada saat pasang surut. Kerang pisau banyak ditemukan di sepanjang perairan pantai selatan Pamekasan, Madura dengan ciri pantai yang landai dan datar sehingga jika air laut surut jarak air dengan garis pantai dapat mencapai 200-300 m (Nurjanah et al. 2008).
2.    Komposisi Kimia Kerang Pisau (Solen spp)
Komposisi kimia kerang sangat beraneka ragam. Hal ini dapat tergantung pada spesies, jenis kelamin, umur, musim, dan  habitat. Kandungan gizi kerang pisau dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan gizi kerang pisau (Solen spp)
Jenis gizi
Basis basah
(bb)
Basis
kering (bk)
AKG (19-20th)
Satuan
Pria
Wanita
Kalori
61,84 kkal
349,66 kal
2550
1900
Kkal/hari
Protein
9,79 %
55,34 %
50
42
g/hari
Karbohidrat
4,95 %
27,98 %
130
100
g/kap/hari
Lemak
0,32 %
1,82 %
54
54
g/hari
Abu
2,63 %
14,87 %
~
~
~
Air
82,31 %
0
~
~
~
Sumber : Nurjanah et al. (2008)

3.    Penangkapan, Pengolahan dan Pemasaran Kerang Pisau (Solen spp)
Proses penangkapan lorjuk cukup sulit karena diperlukan alat khusus dan kelihaian nelayan. Nelayan umumnya menggunakan linggis untuk menggali pasir tempat lorjuk berada dan harus menunggu air surut. Kelompok nelayan di sekitar Pantai Kenjeran Surabaya beberapa tahun terakhir menemukan teknik baru dengan cara menaburkan serpihan batu gamping dan air sabun di area  fishing ground pada saat air pasang.  Lorjuk akan muncul sendiri ke atas permukaan \sehingga mudah ditangkap dalam waktu tidak terlalu lama (Ditjen PPHP 2010).
Lorjuk biasanya disajikan dalam bentuk olahan. Proses untuk menghasilkannya sebagai berikut: lorjuk segar hasil tangkapan dicuci bersih, direbus selama 1,5 jam hingga cangkang mengelupas sendiri. Lorjuk setelah itu dijemur selama 4 jam, dikupas dan dagingnya dikeringkan lagi selama 6 jam. Daging yang benar-benar kering dapat diolah lebih lanjut. Lorjuk biasanya digoreng atau diolah menjadi kacang goreng lorjuk, soto lorjuk, petis lorjuk, bothok lorjuk dan rengginang lorjuk (Ditjen PPHP 2010). Lorjuk memiliki rendemen kecil, namun pedagang tetap tergiur untuk terus mencari lorjuk. Alasan pedagang tetap mencari lorjuk karena nilai jual produknya sangat tinggi. Lorjuk segar hanya senilai Rp. 10.000/kg, lorjuk setengah kering Rp. 100.000/kg dan lorjuk kering Rp. 300.000/kg sedangkan lorjuk goreng dipasarkan dengan harga sekitar Rp. 300.000/kg.  Kebutuhan pedagang  lorjuk sebagian besar  hanya bisa dipenuhi oleh nelayan dari lorjuk segar dan setengah kering saja, oleh karena itu keuntungan terbesar berada di tangan para pedagang tersebut. Kemampuan produksi pedagang pun tergantung pada hasil tangkap nelayan (Ditjen PPHP 2010).