Risma , Antara Surabaya - Jakarta
Senin, (1/8 / 2016) bertempat di Millenium Building lt IV, Surabaya. Dialog kebangsaan dengan tajuk " Risma Antara Surabaya Jakarta" digelar oleh Aliansi Pemuda Surabaya Jakarta. Dialog yang menghadirkan narasumber Neno Warisman (Artis dan Pendiri JakLovers), Hidayat Ahyar (Pembina JakLovers), Slamet Hariyanto (Ketua Majelis Hukum & HAM PD Muhammadiyah Kota Surabaya), Ahmad Suyanto (Ketua DPD PKS Kota Surabaya) dan Riadi Ngasiran (Aktifis dan Sastrawan Nahdlatul Ulama Surabaya) berlangsung seru dan menarik.
Hal ini dikarenakan saat sesi tanya jawab para penanya meminta kepada Neno Warisman sebagai jubir relawan JakLovers (Jakarta Love Risma) untuk tidak mendorong dan mengusung Risma maju dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 mendatang. "Kami sebagai arek Suroboyo meminta kepada JakLovers untuk tidak membawa walikota kami dalam Pilgub Jakarta," tegas Daniel salah satu peserta.
Hal serupa pun juga dikatakan peserta dari Pusura (Pemuda Putra Surabaya) yang secara tegas meminta Risma untuk menepati janjinya sebagai Walikota sampai akhir masa jabatannya. "Beberapa waktu yang lalu di Balai Pemuda kami juga sudah berdialog dan meminta kepada bu Risma untuk tetap di Surabaya dan beliau pun mengatakan tidak akan 'kemana-mana'," terang Iwan. Namun, jika ternyata Risma maju menjadi Cagub DKI Jakarta, maka pihaknya akan melakukan gugatan. "Iya, kami akan melayangkan gugatan jika bu Risma tidak menepati janjinya," ungkapnya.
Penolakan mengenai wacana majunya Risma sebagai Cagub DKI Jakarta dari berbagai kalangan ini bukan tanpa alasan, Sebagian besar menilai bahwa penolakan tesebut dikarenakan warga Surabaya sangat mencintai walikota perempuan pertama di kota Pahlawan ini. " Jika alasannya adalah Jakarta butuh pemimpin yang bisa membawa perubahan dan bisa menandingi Ahok, apa di Jakarta sendiri tidak ada sosok pemimpin yang pantas dicalonkan? Hingga harus ada urbanisasi pemimpin seperti ini," tandas Slamet Haryanto, salah satu pembicara yang juga Humas Pusat Pusura. Ditempat yang sama, Neno Warisman menyampaikan bahwa warga Jakarta rindu sosok pemimpin yang peduli rakyat kecil. "Memimpin dengan hati tapi diwujudkan dalam kinerja yang profesional berkelas internasional," katanya.
Jiwa kepemimpinan Risma, sambung Neno, didukung dengan kesederhanaannya. Menurut dia, itulah yang membuat sosok Risma bisa meraih banyak prestasi selama memimpin Surabaya dan terpilih menjadi salah satu dari 50 pemimpin hebat dunia. "Ini adalah jalan Allah, jalan yang menggunakan hati nurani. Jakarta akan lebih baik jika di tangan bu Risma.
Beliau sosok yang dirindukan, dia walikota berkelas dunia yang sudah saatnya memimpin Jakarta. Dan kami sangat berharap warga Surabaya merelakan bu Risma," tambahnya. Sementara, Imam Budi Utomo, panitia dialog mengatakan bahwa meruncingnya suhu politik di Jakarta terkait Pilgub ini berimbas pada mencuatnya nama Risma untuk bisa maju sebagai calon gubernur yang disung oleh berbagai kalangan dan komunitas. "Nah, agar kita warga Surabaya yang selama ini menerima berita simpang siur, maka kami memberikan kesempatan kepada teman-teman relawan dari Jakarta melalui dialog ini warga Surabaya mengetahui dan memahami sendiri apa-apa alasannya sehingga bu Risma ini sangat dibutuhkan oleh teman-teman Jakarta. Dan kami sebagai penyelenggara hanya sebatas menjembatani," pungkasnya. (fud/foto:fud)
Hal ini dikarenakan saat sesi tanya jawab para penanya meminta kepada Neno Warisman sebagai jubir relawan JakLovers (Jakarta Love Risma) untuk tidak mendorong dan mengusung Risma maju dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 mendatang. "Kami sebagai arek Suroboyo meminta kepada JakLovers untuk tidak membawa walikota kami dalam Pilgub Jakarta," tegas Daniel salah satu peserta.
Hal serupa pun juga dikatakan peserta dari Pusura (Pemuda Putra Surabaya) yang secara tegas meminta Risma untuk menepati janjinya sebagai Walikota sampai akhir masa jabatannya. "Beberapa waktu yang lalu di Balai Pemuda kami juga sudah berdialog dan meminta kepada bu Risma untuk tetap di Surabaya dan beliau pun mengatakan tidak akan 'kemana-mana'," terang Iwan. Namun, jika ternyata Risma maju menjadi Cagub DKI Jakarta, maka pihaknya akan melakukan gugatan. "Iya, kami akan melayangkan gugatan jika bu Risma tidak menepati janjinya," ungkapnya.
Penolakan mengenai wacana majunya Risma sebagai Cagub DKI Jakarta dari berbagai kalangan ini bukan tanpa alasan, Sebagian besar menilai bahwa penolakan tesebut dikarenakan warga Surabaya sangat mencintai walikota perempuan pertama di kota Pahlawan ini. " Jika alasannya adalah Jakarta butuh pemimpin yang bisa membawa perubahan dan bisa menandingi Ahok, apa di Jakarta sendiri tidak ada sosok pemimpin yang pantas dicalonkan? Hingga harus ada urbanisasi pemimpin seperti ini," tandas Slamet Haryanto, salah satu pembicara yang juga Humas Pusat Pusura. Ditempat yang sama, Neno Warisman menyampaikan bahwa warga Jakarta rindu sosok pemimpin yang peduli rakyat kecil. "Memimpin dengan hati tapi diwujudkan dalam kinerja yang profesional berkelas internasional," katanya.
Jiwa kepemimpinan Risma, sambung Neno, didukung dengan kesederhanaannya. Menurut dia, itulah yang membuat sosok Risma bisa meraih banyak prestasi selama memimpin Surabaya dan terpilih menjadi salah satu dari 50 pemimpin hebat dunia. "Ini adalah jalan Allah, jalan yang menggunakan hati nurani. Jakarta akan lebih baik jika di tangan bu Risma.
Beliau sosok yang dirindukan, dia walikota berkelas dunia yang sudah saatnya memimpin Jakarta. Dan kami sangat berharap warga Surabaya merelakan bu Risma," tambahnya. Sementara, Imam Budi Utomo, panitia dialog mengatakan bahwa meruncingnya suhu politik di Jakarta terkait Pilgub ini berimbas pada mencuatnya nama Risma untuk bisa maju sebagai calon gubernur yang disung oleh berbagai kalangan dan komunitas. "Nah, agar kita warga Surabaya yang selama ini menerima berita simpang siur, maka kami memberikan kesempatan kepada teman-teman relawan dari Jakarta melalui dialog ini warga Surabaya mengetahui dan memahami sendiri apa-apa alasannya sehingga bu Risma ini sangat dibutuhkan oleh teman-teman Jakarta. Dan kami sebagai penyelenggara hanya sebatas menjembatani," pungkasnya. (fud/foto:fud)
No comments:
Post a Comment